Advertisement
TANGGAMUS - International Coffee Day 2017 (ICD 2017) merupakan momentum untuk
menjadikan kopi Lampung dikenal di seluruh dunia. Hal itu akan menjaga
kelestarian kopi terutama berdampak pada meningkatnya pendapatan pelaku
utama dan usaha di bisnis ini.
Demikian
penjelasan Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo melalui Asisten Ekonomi
dan Pembangunan Adeham di perkebunan PT Nestle, Talangpadang, Tanggamus
pada acara wisata kebun kopi dalam rangka ICD 2017, Sabtu (30/9/2017).
"Saya
berkeyakinan penyelenggaraan even ini membuat kopi di Indonesia,
terkhusus Lampung menjadi lebih dikenal. Juga memberikan efek positif
bagi pengembangan bisnis kopi di sektor hilir," tandas Adeham.
Menurut
dia, selama ini komoditas kopi di Lampung berperan penting meningkatkan
ekonomi masyarakat terutama PDRB (pendapatan domestik regional bruto).
Karenanya merupakan tanggung jawab bersama untuk menjayakan kopi
Lampung.
Untuk
itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung telah melakukan berbagai
upaya. Seperti memberi pemahaman tata kelola kopi, mengedukasi petani
melalui program intensifikasi, peremajaan, dan rehabilitasi tanaman.
Semuanya bertujan meningkatkan produksi dan produktivitas.
Pemprov
juga memfasilitasi petani kopi untuk memperoleh sertifikat indikasi
geografis yang diberikan kepada masyarakat indikasi geografis kopi
robusta Lampung pada 31 Agustus 2014. Ini mencakup wilayah Kabupaten
Lampung Barat, Tanggamus, dan Waykanan untuk menggunakan trademark kopi
robusta Lampung.
"Upaya
tersebut secara nyata mampu mendongkrak peningkatan produksi dan
peningkatan kualitas hasil. Sehingga membuat kopi robusta di Provinsi
Lampung memiliki kualitas tinggi," bebernya.
Luas
perkebunan kopi di Lampung sekarang mencapai 160 ribu hektare (ha) atau
12,97 persen dari total luas areal kopi nasional yang mencapai 1,24
juta ha. Tersebar di Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Utara,
Pesisir Barat, Lampung Utara, dan Waykanan. Hasil produksi sebagian
diekspor ke beberapa negara Eropa, Jepang, Timur Tengah, dan Australia.
"Sementara
ada 147 ribu kepala keluarga (KK) petani yang menggantungkan hidup dari
perkebunan kopi. Mereka mampu menghasilkan produksi hingga 120 ribu ton
per tahun," imbuhnya.
Direktur
Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kementerian
Perindustrian Willem Petrus Riwu mengapresiasi Pemprov Lampung yang
berkomitmen dalam meningkatkan produksi kopi di Indonesia. "Kegiatan ini
(ICD 2017) adalah bentuk konkretnya,” pujinya.
Dia
menyatakan Lampung merupakan penghasil kopi robusta terbesar di
Indonesia. Dari produksi nasional, 72 persen adalah kopi robusta dari
provinsi ini.
Direktur
Legal and Corporate Affairs PT Nestle Indonesia, Debora Tjandrakusuma
menambahkan, dalam menghasilkan produk kopi berkualitas, PT Nestle
sangat bergantung pada pasokan bahan baku biji kopi yang dihasilkan
petani di Lampung.
"Seluruh
produk Nescafe yang di produksi di pabrik Nestle di Panjang Lampung
menggunakan 100 persen biji kopi Lampung. Karena itu keberlanjutan
pertanian kopi di Lampung menjadi sangat penting bagi PT Nestle,"
tegasnya.
Dalam
acara tersebut, Pemprov Lampung memberikan piagam penghargaan kepada PT
Nestle atas komitmennya untuk mendukung pengembangan perkopian yang
berkelanjutan di Provinsi Lampung. Juga membagikan bantuan berupa alat
pascapanen untuk dua kelompok tani di Tanggamus. Masing-masing berupa
tiga unit huller, satu unit pulper, lima unit para-para, 10 lembar
terpal, satu unit timbangan duduk, dan dua unit alat ukur kadar air.
Selain
itu, Pemprov Lampung memberi bantuan kepada tiga kelompok tani di
Lampung Barat (poktan Lambar) berupa tiga unit kandang kambing dan 90
ekor kambing. Lalu 112.500 kilogram (kg) pupuk organik, 250 unit gunting
pangkas, dan 5 ribu set feromon bagi 10 poktan Lambar. Acara diakhiri
pemberian 300 ribu bibit kopi kepada para mitra kopi di Provinsi Lampung
dari PT Nestle. (Rls/KN)