KONKRIT NEWS
09/02/18, 9.2.18 WIB
Last Updated 2018-02-09T05:48:53Z
Bandar LampungDaerah

Data BPS, Bandar Lampung Penyumbang Terbesar Merosotnya Indeks Kebahagian di Provinsi

Advertisement

BANDARLAMPUNG, - Dibawah kepemimpinan, Herman HN, Kota Bandarlampung menjadi penyumbang angka tertinggi merosotnya indeks kebahagiaan di provinsi Lampung dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

Hal ini berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Lampung yang dirilis pada Agustus 2017 lalu.

“Pada Januari 2018, inflasi di Kota Bandarlampung mencapai 1,42 persen. Angka tersebut menempatkan  Kota Bandarlampung menduduki peringkat teratas dari 82 kota se-Indonesia,” kata kepala BPS provinsi Lampung, Yoane Irma Ningrum saat menggelar konpers di kantor BPS provinsi Lampung, Kamis (1/2).

Menurut pengamat ekonomi Universitas Bandarlampung (UBL) Erwin Oktavianto, tingginya inflasi kota Bandarlampung berdampak pada kemampuan daya beli masyarakat yang semakin berkurang.” Inflasi memberikan dampak negative ke masyarakat. Mereka akan extra mengeluarkan anggarannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika inflasi dibiarkan masyarakat mengalami besar pasak daripada tiang, artinya lebih besar pengeluaran ketimbang pemasukan serta semakin tergerus akibat melambungnya harga kebutuhan pokok,” jelasnya.

Adapun faktor  lainnya yang menjadikan Kota Bandarlampung sebagai penyumbang terbesar kemerosotan indeks kebahagiaan di provinsi Lampung, diantaranya tingginya angka pengangguran,  banyak anak putus sekolah, meningkatnya kemacetan lalu lintas dan pengembangan diri tidak tersalurkan.

Selanjutnya, dari segi lingkungan, Menteri Koordinator Kelautan dan Perikanan RI, Luhut Binsar Pandjaitan saat melakukan kunjungan kerja ke provinsi Lampung beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa tingkat pencemaran air laut yang tinggi di teluk Lampung juga faktor ketidaknyamanan untuk menghuni di Kota Bandarlampung.

Selain itu, berdasarkan  berdasarkan hasil survei Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia menyatakan, Bandarlampung merupakan salah satu kota yang tidak layak huni di Indonesia dengan indeks hanya 56,4 persen.

Elkana Catur, Ketua Kompartemen Livable City IAP, seperti dikutip dari Idntimes, terdapat lima aspek terbawah yang paling dirasa kurang oleh masyarakat. Aspek dimaksud, yakni ketersediaan transportasi, keselamatan, pengelolaan air kotor dan drainase, fasilitas pejalan kaki, serta informasi pembangunan dan partisipasi masyarakat.

“Saat ini, banyak warga berharap bisa dilibatkan lebih luas dalam pembangunan, ini perlu diperhatikan,” ujarnya, Jumat, (2/2)

IAP meluncurkan indeks kota layak huni di Indonesia. Indeks tersebut disusun berdasar hasil survei di 26 kota dan 19 provinsi. Masing-masing kota diwakili 100 hingga 200 warga yang menetap di kota tersebut. Margin of error survei ini sebesar 95%. Survei dengan menggunakan metode kuisioner skala likert

Kemudian, berdasarkan data dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) provinsi Lampung, Kota Bandarlampung menduduki peringkat pertama  terkait tingginya angka anak putus sekolah dan pengangguran dengan jumlah point mencapai 8,10. Posisi kedua ditempati oleh kabupaten Pesawaran dengan 5,73 poin. Sementara kabupaten Mesuji menduduki peringkat  terakhir dari 15 kabupaten/kota se-Lampung dengan 0,65 poin.

Dari data tersebut menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan di Kota Tapis Berseri dari 15 kabupaten/kota se-Lampung. Faktor tersebut merupakan salah satu penilaian dari BPS provinsi Lampung untuk menilai indeks kebahagiaan dalam suatu daerah.

Sementara itu, faktor meningkatnya kemacetan lalu lintas di Kota Bandarlampung seiring meningkatnya volume kendaraan. Sementara itu, faktor pengembangan diri tidak tersalurkan karena  minimnya sarana atau wadah dalam mengembangkan dan memaksimalkan kreatifitas masyarakat. 

Untuk diketahui, Indeks kebahagiaan merupakan rata-rata dari angka indeks yang dimiliki oleh setiap individu di Indonesia pada skala 0-100. Semakin tinggi nilai indeks, menunjukan tingkat kehidupan yang semakin bahagia dan demikian sebaliknya. (*)