KONKRIT NEWS
13/02/19, 13.2.19 WIB
Last Updated 2019-02-13T09:34:45Z
Nasional

Ekonom: Pelemahan Rupiah Masih Akan Terjadi, Ini Penyebabnya

Advertisement
Faisal Basri, Ekonom Indonesia


Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih belum beranjak dari level Rp 14.000/US$. Selama transaksi berjalan masih terus defisit, maka 'hantu' pelemahan rupiah masih akan terjadi.

"Rupiah saat ini kembali ke Rp 14.000/US$. Sedikit menguat. Tapi secara teori dan historis akan melemah karena current account deficit (CAD/Defisit Transaksi Berjalan)," kata Ekonom, Faisal Basri, di Ritz Carlton, Rabu, 13 Februari 2019.

Dijelaskannya, transaksi berjalan terdiri dari ekspor-impor yang terjadi setiap hari. Rupiah sangat mengandalkan kekuatan modal asing yang masuk.

"Rupiah akan menguat sustainable jika CAD turun dan capital inflow naik. Terutama FDI (Foreign Direct Investment)," ujar Faisal, dilansir CNBC Indonesia.

Lebih jauh dia mengatakan, yang terjadi saat ini defisit tersebut bukan sepenuhnya terkait migas, sebenarnya penyebab defisit dikarenakan anjloknya ekspor non-migas.
"Yang meningkat impor non-migas yang dahsyat. Gula saja kita impor, garam juga, beras juga impor," kata Faisal.
Bengkaknya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kemarin sempat kembali menjadi momok bagi pasar saham tanah air.

Sepanjang kuartal-IV 2018, CAD diumumkan senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
Rupiah juga kembali dibuat bertekuk lutut di hadapan dolar AS. (*/KN)