KONKRIT NEWS
01/10/19, 1.10.19 WIB
Last Updated 2019-10-01T09:23:48Z
DaerahHukum dan Kriminal

Orang Tua Frans Minta Pihak Kampus Usut Tuntas dan Bertanggungjawab Tindak Kekerasan saat Diksar

Advertisement

Bandar Lampung - Orang tua terduga korban kekerasan pencinta alam UKM Cakrawala  mendesak pihak kampus untuk mengusut tuntas dan bertanggungjawab atas peristiwa Pendidikan Dasar (Diksar) di Teluk Pandan, Pesawaran pada Rabu (25/9) siang kemarin yang memakan korban.

Dalam kegiatan itu, salah satu peserta Aga Trias Tahta meninggal dunia. Bahkan peserta lainnya Frans sampai saat ini masih dirawat di RS Bintang Amin karena mengalami luka lebam dan gores hampir diseluruh tubuh.

Medya orangtua salah satu peserta Diksar  menceritakan kronologis kejadian tersebut. Menurut dia, pada Rabu (25/9), ia mengaku anaknya yang bernama Frans meminta izin untuk mengikuti kegiatan Diksar 
pencinta alam UKM Cakrawala.

"Sebagai orangtua, saya mengizinkan anak saya untuk mengikuti kegiatan kampus. Karena saya selalu berfikiran positif kegiatan kampus itu bakal berjalan dengan baik,"kata dia, Selasa (1/10).

Kendati demikian, ia mengaku kecewa atas  sikap panitia terhadap peserta. Sebab, sejak hari pertama keberangkatan pada Rabu (25/9) lalu, anak pertamanya ini diduga sudah mengalami kekerasan fisik saat menuju lokasi diksar.

"Yang saya dengar hari pertama saja, anak saya beserta peserta Diksar sudah mengalami kekerasan baik secara fisik maupun mental. Bahkan kabarnya saat diperjalanan, pihak panitia sempat mengatakan bahwa para peserta sudah tidak memiliki hak asasi manusia,"ujarnya.

Dihari kedua (26/9), kata dia, para peserta diksar ini mengikuti agenda dari panitia. Ia menceritakan, para peserta memulai dari Basecamp A menuju Basecamp B.

"Disini skenario kedua dimulai. Dalam perjalanan para peserta lagi-lagi mengalami kekerasan fisik dari panitia tersebut," tegasnya.

Bahkan, kata dia, korban Aga diduga tidak jatuh kedalam jurang sedalam 15 meter yang kemudian dievakuasi oleh pihak panitia.

"Kalau cerita yang saya dapat Aga tidak jatuh kedalam jurang. Karena anak saya yang juga peserta tidak melihat Aga jatuh dan kemudian di evakuasi oleh panitia," jelasnya.

"Penyiksaan ini terus berlanjut hingga hari keempat dan menyebabkan Aga sempat pingsan dan kemudian dilarikan kerumah warga setempat untuk mencari kendaraan menuju rumah sakit,"ungkapnya.

Ia berharap, Pihak Unila bisa mengusut tuntas permasalahan ini agar tidak menjadi preseden buruk bagi kampus Unila.

"Dengan begitu, kita berharap kejadian ini tidak terulang lagi kedepannya," ungkapnya. (Red/KN)