08/03/20, 8.3.20 WIB
Last Updated 2020-03-08T06:31:58Z
Berita

Dialog Bersama Founder Klasika dan Ketua PKC PMII DKI Jakarta 2017-2019

Advertisement


Dialog Bersama Founder Klasika dan Ketua PKC PMII DKI Jakarta 2017-2019




Kelompok Studi Kader (KLASIKA) kembali menggelar DialoKlasika, Minggu 8 Maret 2020 pukul 18.30 WIB, di Rumah Ideologi KLASIKA.

DialoKlasika kali ini mengangkat sebuah tema Masihkah Indonesia? "Telaah Kritis Syiar Kebanggsaan Kader Pergerakan Di Tengah Gelombang Revolusi Industri 4.0". Tema ini sengaja diangkat guna mendedah dan membaca realitas hari ini, serta memaknainya kembali.

Berbagai kejadian maupun peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, acapkali luput disadari sebagai sebuah makna refleksi bagi kesadaran diri. Dalam ruang lingkup Indonesia, banyak peristiwa politik, ekonomi, dan sosial hanya dimaknai sebagai hal-hal biasa.

Peristiwa yang makin marak belakangana adalah politik transaksional. Hal itu banyak dilakukan secara terang-terangan kepala daerah bahkan dalam Pilpres 2019 lalu. Baik dalam proses pencalonan hingga perebutan suara. Selain itu, belakangan kembali mencuat politik identitas, radikalisme, hingga tindakan ekstrimisme. Ditambah lagi perubahan pola masyarakat menghadapi era disruption karena digitalisasi.

Hal tersebut mestinya menjadi tugas organisasi kepemudaan yang natabenenya masih memiliki idealisme termasuk PMII untuk melawan arus negatif yang terus menggerus nilai-nilai kebangsaan.

Dimanakah peran PMII?

Tergerusnya nilai-nilai kebangsaan akibat realitas itu membuat Indonesia seperti kehilangan identitasnya. Hal itu karena semua peristiwa-peristiwa yang terjadi merupakan bagian dari pertarunahn ideologi. Sebagai organisasi yang membawa narasi kebangsaan, PMII memiliki posisi penting dalam menjaga kestabilan sosial politik di Indonesia.

PMII mesti cepat mengambil sikap atas peristiwa yang terjadi belakangan. Kemajuan teknologi membuat pertarungan ideologi tidak hanya terjadi secara langsung namun juga lewat dunia maya. Bahkan pertarungan cenderung lebih masif dibanding konfrontasi langsung.

Hal itu bertolakbelakang dengan kondisi mahasiswa sekarang yang masih tereuforia dengan reformasi 1998. Akibatnya pemikiran ihwal revolusi masih identik dengan konfrontasi langsung atau parlemen jalanan. Mindset itu membuat gerakan mahasiswa kini cenderung monoton, tidak kreatif dan staknan.

Oleh karena itu, penting bagi kader-anggota PMII melakukan adaptasi dengan kemajuan teknologi. Terjadinya digitalisasi di segala lini membuat arus informasi semakin cepat. Hal itu bisa dimanfaat sebagai media untuk menyampaikan narasi kebangsaan yang telah dicanangkan PMII sejak lama.

Dalam membincang persolalan tersebut, dialoklasika kali ini menghadirkan dua tokoh pergerakan sebagai pemantik dalam dialog tersebut, yaitu Chepry Chaeruman Hutabarat (Founder KLASIKA) dan Sahabat Daud Azhari (Ketua Demisioner PKC PMII DKI Jakarta).

Dengan hadirnya dua tokoh pergerakan tersebut, diharapkan dapat memberikan telaah kritis terhadap fenomena kebangsaan hari ini.  Dalam dialog tersebut, diharapkan juga mampu memberikan peta dan posisi PMII dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0. Hal itu perlu kita bincang kembali agar para Kader pergerakan mampu dan optimal melakukan syiar kebangsaan di tengah Revolusi Industri 4.0. (*)