Advertisement
Bandar Lampung - Peringatan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2017 di Lampung Selatan tercederai. Pasalnya Bupati Lampung Selatan, Zainuddin Hasan dalam sambutan didepan ulama dan santri, disinyalir telah memberikan pernyataannya yang mengandung unsur provokatif, memecah belah, dan melecehkan Ketua PBNU KH.Prof.Dr. Said Aqil Siradj sehingga mendapat “kecaman” dari warga NU.
Atas ucapan Zainudin Hasan tersebut menbuat para petinggi atau tokoh NU angkat bicara. Salah satunya Ketua NU Provinsi Lampung KH. Soleh Bajuri, yang menyayangkan sambutan Zainuddin Hasan.
Menurut Ketua NU Lampung itu, KH.Prof.Dr. Said Aqil Siradj merupakan simbol jutaan warga NU se Indonesia yang harus diapresiasi.
“Yang terjadi di Lamsel saat memperingati hari santri nasional kemarin harusnya tidak bisa seperti itu. Bupati itu pemangku kebijakan seharusnya tidak bicara seperti itu. Itu namanya sudah melecehkan apalagi yang disebut ada nama ketum (ketua umum). Ketum adalah simbolnya warga NU yang berjumlah 92 juta ini yang harus diapresiasi,” ujar dia saat ditemui di Kantor PWNU Lampung, Senin (23/10) siang.
Menurutnya, lanjut KH. Soleh Bajuri, konten pidato Zainudin Hasan sudah dibahas di kalangan internal pimpinan NU se-Indonesia terutama di kalangan pengurus pusat.
“Kami akan lakukan tabayun terlebih dahulu di otonom NU, nanti akan kami bahas langkah apa yang akan kami ambil. Karena permasalahan ini sudah sampai isu nasional,” ungkapnya.
Sementara, sekretaris NU Lampung Aryanto Munawar menjelaskan ditetapkannya Hari Santri Nasional berkat partisipasi santri dalam perjuangan kemerdekaan, dan penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional berkat perjuangan KH.Prof.Dr. Said Aqil Siradj.
“Kalau video itu benar, berarti dia Bupati bodoh, historis, dan sangat naïf,” ucap Aryanto.
Aryanto memastikan jika pimpinan NU yang terdiri dari ulama dan kiyai tidak akan melakukan hal-hal yang konstruktif. NU bukan sekedar pengurus, ada badan otonom, ada lembaga, dan banyak warga NU.
“Yang saya khawatirkan adalah anak muda NU, makanya kalau toh NU kemudian harus rapat dan kumpul bukan persoalan dengan Bupatinya. Kami harus bekerjakeras mendinginkan ana-anak kami, ini yang lebih bahaya, apalagi di Lampung. Itu yang saya khawatirkan adalah kemarahan warga NU, khususnya anak-anak muda,” tambahnya. (Red/KN)