KONKRIT NEWS
18/08/22, 18.8.22 WIB
Last Updated 2022-08-18T09:16:28Z
Hukum dan Kriminal

Wali Murid Mengeluh, Kepala SMP Negeri 2 Brabasan diduga Lakukan Pungli

Advertisement


Mesuji - Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Brabasan Kabupaten Mesuji diduga melakukan Pungutan Liar (Pungli) terhadap siswa didiknya.

Betapa tidak, hal itu diketahui setelah beberapa wali murid setempat mengeluhkan adanya pungutan yang di lakukan oleh pihak sekolah sebesar Rp. 200 ribu rupiah persiswa dengan alasan untuk pembangunan pagar sekolah.

"Katanya itu sumbangan tapi anehnya kok kami di haruskan mengumpulkan uang dua ratus ribu rupiah yang katanya untuk pembangunan pagar sekolah, sudah jelas ini memberatkan terlebih bagi wali murid yang tergolong tidak mampu," jelas sumber yang masih di sembunyikan identitasnya beberapa waktu lalu.

Adapun pembayaran, sumber menjelaskan, wali murid maupun murid nya melakukan pembayaran langsung kepada pihak sekolah bukan melalui komite setempat.

"Kalau pembayaran itu dibayarkan langsung kepada bendahara sekolah ibu MR (inisial/red)," imbuh sumber.

Sementara, kepala SMP Negeri 2 Brabasan, Hendro, saat di konfirmasi melalui telpon beralasan jika pungutan itu merupakan sumbangan dan program komite bukan program sekolah.

"Kalau terkait pagar itu memang benar wali murid di kenakan 200 ribu rupiah persiswa, tapi disini perlu diluruskan karena semenjak saya di tugaskan untuk menjadi kepala sekolah disini ternyata pagar sekolah kurang lebih 500 meter belum di bangun," ucap Hendro, Selasa lalu (16/08/22).

Dia beralasan, jika pagar yang belum terbangun itu menjadi celah bagi siswa untuk bolos sekolah, oleh karenanya dirinya sempat berkordinasi dengan dinas pendidikan Mesuji mengenai bantuan pemerintah untuk pembangunan pagar, ternyata itu tidak ada.

"Sudahlah Dinda nggak usah di perpanjang kita baik-baik aja nanti hari Kamis ke sekolah aja," ucap Hendro membujuk wartawan.

Mirisnya, saat di kunjungi kembali pada Kamis (18/08/22) guna meminta hak jawab demi pemberitaan yang berimbang, oknum kepala sekolah ini justru seolah bersembunyi dan mengutus istrinya untuk menemui wartawan ini di sekolah.

"Saya di utus oleh suami saya pak Hendro untuk menemui bapak, kalau program itu program komite bukan program sekolah, disini saya tidak membela hanya menyampaikan cerita sebenarnya," ucap seorang wanita yang mengaku istri Hendro sembari berupaya memberi sebuah amplop yang di tolak wartawan. (Holidi/Tim)