Advertisement
BANDAR
LAMPUNG -- Komisi C DPRD Provinsi Riau berkunjung ke Lampung mempelajari
pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Salah satu alasan pemilihan
Lampung, karena Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo banyak
memperoleh penghargaan BUMD seperti Top Pembina BUMD, Penghargaan Bidang
Aneka Usaha, dan Top CEO.
"Provinsi
Lampung memiliki berbagai kelebihan, salah satunya di bidang BUMD.
Inilah yang menjadi alasan Komisi C berkunjung ke Lampung," ujar Wakil
Ketua Komisi C Provinsi Riau, Muhammad Arfah, pada kunjungan observasi
Komisi C DPRD Provinsi Riau, di Bank Lampung, Selasa (10/10/2017).
Dia
menjelaskan Riau memiliki luas 87.024 km2, terdiri dari 12
kabupaten/kota dan memiliki tujuh BUMD yaitu PT Permodalan Ekonomi
Rakyat, PT Pengembangan Investasi Riau, PT Sarana Pembangunan Riau, PT
Riau Petrolium, PT Jamkrida, PT Riau Airlines dan PT Bank Riau Kepri.
"Namun hanya Bank Riau Kepri yang menyenangkan hati," ujar Arfah.
Riau
sedang mencari sumber pendapat baru guna mendukung pendapat daerah. Dia
berharap dengan belajar ke Lampung, mampu memberikan sumbangan
pemikiran dalam mendorong BUMD Riau.
Dalam
kesempatan tersebut Staf Ahli Bidang Ekubang Pemprov Lampung, Choiria
Pandarita, menjelaskan Pemerintah Provinsi Lampung memiliki tiga BUMD
yaitu PT Bank Lampung, PT Lampung Jasa Utama, dan PT Wahana Rahardja.
“Kami bangga karena Provinsi Lampung menjadi tempat belajar Komisi C
Provinsi Riau. Lampung memiliki tiga BUMD dan semuanya terkelola baik,"
kata Choiria.
Di sisi lain,
Kepala Biro Perekonomian, Lukmansyah, menjelaskan pemda berperan
mengawasi dan membina BUMD. “Dalam pengawasan, setiap bulan Pemerintah
Provinsi Provinsi Lampung memperoleh laporan dari BUMD, dan jika
terdapat ganjalan dalam laporan akan diberikan teguran secara tertulis.
Hal ini guna menentukan langkah lanjutan," kata Lukmansyah.
Pembinaan
dimulai dari perencanaan, termasuk program billing system pupuk
bersubsidi melalui Bank Lampung. “Alhamdulillah ini dilaksanakan di 15
kabupaten/kota berjalan 100% di Kota Metro. Pemprov Lampung sangat
memperhatikan pemberian pupuk ini, karena petani turut andil dalam
meningkatkan kesejahteraan,” kata Lukmansyah.
Sedangkan
Direktur Bisnis Bank Lampung, Muhammad Syachroni, menjelaskan Bank
Lampung terus mempertajam strategi dengan merevitalisasi visi dan misi
guna mendukung pembangunan daerah. Dia menjelaskan tiga sektor dominan
yang mendukung pertumbuhan PDRB Lampung yaitu pertanian, industri
pengolahan, dan perdagangan.
"Dalam
memanfaatkan keunggulan disektor pertanian dan industri pengolahan,
Bank Lampung dan Pemprov Lampung terus meningkatkan sinergi dengan
menghasilkan billing system dan inti plasma. Tentunya ini memberikan
keuntungan banyak pihak, baik petani, pemerintah daerah, pusat, maupun
Bank Lampung," ujar Syachroni.
Terkait
surat edaran Kementerian Dalam Negeri yang menjadikan Lampung jadi
percontohan pengelolaan dana nontunai, Bank Lampung menyiapkan sejumlah
aplikasi. "Bank Lampung menerima pembayaran nontunai pajak kendaraan
bermotor, PBB, pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan," kata
Syachroni.
Pembayaran
belanja rutin seperti belanja pegawai (gaji, tukin, sertifikasi),
belanja barang, jasa, dan belanja modal nantinya nontunai. "Belanja
pembangunan seperti infrastuktur dan pembangunan lainnya, diterapkan
mulai 1 Januari 2018 dalam nontunai," kata Syachroni. (Red/KN)