Advertisement
BANDAR
LAMPUNG -- Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan
menyoroti kotornya Teluk Lampung karena tercemar sampah plastik dan
limbah lainnya. Menurut Luhut, banyaknya sampah di Teluk Lampung akibat
buruknya penanganan sampah di darat oleh pemerintah daerah setempat.
"Saya
titipkan kepada Gubernur Lampung Pak Ridho dan seluruh jajaran
pemerintah untuk sama-sama membangun maritim untuk mengentaskan
kemiskinan di daerah. Negara kita yang juga terdiri dari kepulauan harus
menjaga laut dari sampah-sampah," kata Luhut Binsar Panjaitan usai
menjadi Keynote Speech Seminar Nasional dan Sidang Pleno Ikatan Sarjana
Ekonomi Indonesia (ISEI) XIX di Swiss Belhotel Bandar Lampung, Kamis
(19/10/2017).
Menurut
Luhut, sampah terutama plastik berdampak bagi kesehatan generasi
mendatang. Dia meminta agar Teluk Lampung perlahan harus bebas dari
sampah plastik. "Kita menargetkan pada 2025 bisa mengurangi hingga 70%
sampah plastik di laut. Jadi, saya titip agar penanganan sampah
masyarakat didarat ditangani secara benar agar tdk sampai ke laut,"
kata Luhut.
Hingga kini,
kata Luhut, Indonesia merupakan negara kedua terbesar di dunia yang
terbanyak membuang sampah laut di dunia. Dia mengungkapkan ada 16%
sampah plastik dari total volume sampah yang terdapat di laut. "Ini
berbahaya karena jika ikan di laut memakan plastik lalu ikan tersebut
dimakan manusia, akan timbul banyak penyakit," kata Luhut.
Menurut
Luhut, Teluk Lampung tidak akan bebas sampah plastik sepanjang
penanganan sampah oleh pemda belum baik. Oleh karena itu, Menko Maritim
meminta agar penanganan sampah plastik jadi perhatian serius. "Sampah
plastik ini bermuara ke laut. Sampah botol dicari orang, tapi sampah
plastik tidak bernilai ekonomis," kata Luhut.
Selain
menyoroti masalah sampah, Menko Maritim juga mengatakan pemerintah
fokus membangun sektor maritim dalam menurunkan angka kemiskinan dan
kesenjangan. "Konektivitas dapat menunjang pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi yang baru, dan terciptanya poros maritim, bisa
mendorong penurunan biaya logistik, sehingga terciptanya pusat
pertumbuhan ekonomi baru, yang mampu mengurangi tingkat kemiskinan dan
peningkatan pemerataan. Dengan perbaikan infrasturkur mempunyai dampak
terhadap kemiskinan," ujar Luhut.
Selain
itu, sektor pariwisata juga merupakan indikator penting sebagai sumber
pertumbuhan ekonomi yang baru. Apalagi dirinya menilai, sektor
pariwisata juga paling cepat dalam menyerap tenaga kerja. "Pertumbuhan
jumlah kedatangan wisatawan internasional empat kali dibandingan
regional dan global, yakni mencapai 25,68 %. Dampaknya, pariwisata
menjadi sumber devisa terbesar kedua untuk Indonesia yang menunjukkan
hasil yang signifikan," ujar Luhut.(Red/Kn)